Senin, 04 April 2011

Minggu, 21 Februari 2010

SEJARAH SINGKAT HARI LISTRIK NASIONAL

Sejarah singkat Hari Listrik Nasional
Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke 19, pada saat beberapa perusahaan Belanda, antara lain pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Ketenagalistrikan untuk kemanfaatan umum mulai ada pada saat perusahaan swasta Belanda yaitu N V. Nign, yang semula bergerak di bidang gas memperluas usahanya di bidang penyediaan listrik untuk kemanfaatan umum. Pada tahun 1927 pemerintah Belanda membentuk s'Lands Waterkracht Bedriven (LWB) , yaitu perusahaan listrik negara yang mengelola PLTA Plengan, PLTA Lamajan , PLTA Bengkok Dago , PLTA Ubrug dan Kracak di Jawa Barat, PLTA Giringan di Madiun, PLTA Tes di Bengkulu, PLTA Tonsea lama di Sulawesi Utara dan PLTU di Jakarta. Selain itu di beberapa Kotapraja dibentuk perusahaan-perusahaan listrik Kotapraja.
Dengan menyerahnya pemerintah Belanda kepada Jepang dalam perang dunia 11, maka Indonesia dikuasai Jepang. Oleh karena itu, perusahaan listrik dan gas yang ada diambil alih oleh Jepang, dan semua personil dalam perusahaan listrik tersebut diambil alih oleh orang-orang Jepang. Dengan jatuhnya Jepang ke tangan sekutu, dan diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, maka kesempatan yang baik ini dimanfaatkan oleh pemuda dan buruh listrik dan gas untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan listrik dan gas yang dikuasai Jepang.
Setelah berhasil merebut perusahaan listrik dan gas dari tangan kekuasaan Jepang, kemudian pada bulan September 1945 suatu delegasi dari buruh / pegawai listrik dan gas menghadap pimpinan K N I Pusat yang pada waktu itu diketuai oleh M. Kasman Singodimedjo untuk melaporkan hasil perjuangan mereka. Selanjutnya, delegasi bersama-sama dengan pimpinan K N I Pusat menghadap Presiden Soekarno, untuk menyerahkan perusahaan - perusahaan listrik dan gas kepada pemerintah Republik Indonesia. Penyerahan tersebut diterima oleh Presiden Soekarno, dan kemudian dengan Penetapan Pemerintah No. 1 tahun 1945 tertanggal 27 Oktober 1945 dibentuklah Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga.
Dengan Adanya Agresi Belanda I Dan II, Sebagian Besar Perusahaan - Perusahaan Listrik Dikuasai Kembali Oleh Pemerintah Belanda Atau Pemiliknya Semula. Pegawai-pegawai Yang Tidak Mau Bekerja Sama Kemudian Mengungsi Dan Menggabungkan Diri Pada Kantor-kantor Jawatan Listrik Dan Gas Di Daerah-daerah Republik Indonesia Yang Bukan Daerah Pendudukan Belanda Untuk Meneruskan Perjuangan.
Selanjutnya, Dikeluarkan Keputusan Presiden R.i. Nomor 163, Tanggal 3 Oktober 1953 Tentang Nasionalisasi Perusahaan Listrik Milik Bangsa Asing Di Indonesia Jika Waktu Konsesinya Habis.
Sejalan Dengan Meningkatnya Perjuangan Bangsa Indonesia Untuk Membebaskan Irian Jaya Dari Cengkeraman Penjajahan Belanda, Maka Dikeluarkan Undang-undang Nomor 86 Tahun 1958 Tertanggal 27 Desember 1958 Tentang Nasionalisasi Semua Perusahaan Belanda Dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1958 Tetang Nasionalisasi Perusahaan Listrik Dan Gas Milik Belanda. Dengan Undang-undang Tersebut , Maka Seluruh Perusahaan Listrik Belanda Berada Di Tangan Bangsa Indonesia.
Sejarah Ketenagalistrikan Di Indonesia Mengalami Pasang Surut Sejalan Dengan Pasang Surutnya Perjuangan Bangsa. Pada Tanggal 27 Oktober 1945 Kemudian Dikenal Sebagai Hari Listrik Dan Gas. Hari Tersebut Diperingati Untuk Pertama Kali Pada Tanggal 27 Oktober 1946, Bertempat Digedung Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat ( Bpknip ) Yogyakarta. Penetapan Secara Resmi Tanggal 27 Oktober 1945 Sebagai Hari Listrik Dan Gas Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Dan Tenaga. Nomor 20 Tahun 1960, Namun Kemudian Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Dan Tenaga Listrik Nomor 235 / Kpts / 1975 Tanggal 30 September 1975 Peringatan Hari Listrik Dan Gas Yang Digabung Dengan Hari Kebaktian Pekerjaan Umum Dan Tenaga Listrik Yang Jatuh Pada Tanggal 3 Desember. Mengingat Pentingnya Semangat Dan Nilai-nilai Hari Listrik, Maka Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi Nomor 1134.k. / 43.pe /1992 Tanggal 31 Agustus 1992 Ditetapkanlah Tanggal 27 Oktober Sebagai Hari Listrik Nasional.

PLTA TULUNGAGUNG

Tulungagung Hydro Electric Power Plant, di Sinilah Sekarang Aku Berada..
April 16, 2009, 2:45 am
Filed under: Catatan pribadi | Tags: berkenalan, PLTA, sejarah, Tulungagung, wisata

Sungguh, tak pernah terbayang sebelumnya.. Sudah hampir 2,5 tahun lebih ternyata aku berada di tempat ini. PLTA Tulungagung, yah.. di sinilah aku bekerja. Sebuah pembangkit tenaga listrik yang terletak di tepi Laut Selatan (Samudera Hindia). PLTA ini berlokasi di sebuah dusun kecil bernama Sidem, jadi wajar jika sebagian orang mengenalnya sebagai PLTA Sidem. Namun bagi masyarakat Tulungagung PLTA ini lebih dikenal dengan sebutan PLTA Neyama. Dari namanya saya yakin Anda pasti bisa menebak jika PLTA ini ada kaitannya dengan Jepang.. paling tidak ada sedikit kaitan dengan sejarah pembangunannya..

Sejarah Singkat Pembangunan PLTA Tulungagung

Pada masa pendudukan tentara Jepang (1942-1945) dilaksanakan kerja paksa “Romusha” berupa pembuatan saluran dan terowongan air Neyama (Gunung Selatan) untuk mengalirkan kelebihan air DAS Kali Brantas di daerah Tulungagung ke Samudera Hindia. Hal ini dilakukan sebagai upaya Jepang untuk mengendalikan banjir. Namun pelaksanaannya terhenti akibat kekalahan tentara Jepang dalam Perang Dunia ke II (Agustus 1945).

Tahun 1955 daerah Tulungagung terkena banjir besar yang menelan banyak korban dan kejadian itu menimbulkan gagasan pembangunan kembali terowongan Neyama yang kemudian pada tahun 1955-1961 pembangunan terowongan Neyama tersebut diteruskan oleh Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur.

Selanjutnya pada tahun 1978 dilakukan Proyek Drainase Tulungagung berupa pembuatan Terowongan Tulungagung Selatan dan Saluran Drainase Parit Agung ke arah selatan menuju Samudera Hindia dan dibangunlah PLTA ini sebagai kelanjutan dari pengembangan Proyek Drainase Tulungagung guna memanfaatkan kelebihan sumber daya air yang melimpah untuk kepentingan pembangkit tenaga listrik.

Berkenalan Dengan PLTA Tulungagung

PLTA yang berlokasi di dusun Sidem, Desa Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung - Jawa Timur ini merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Air yang memanfaatkan potensi sumber daya air dari daerah aliran sungai (DAS) kali Ngrowo yang berhilir di Saluran Parit Agung. Saluran Parit Agung berasal dari saluran Parit Raya, Kalidawir, suplesi dari Kali Brantas, serta sungai–sungai kecil yang salurannya bermuara ke saluran Parit Agung.

PLTA Tulungagung memiliki lingkungan alam yang bersih, hijau, dan tertata rapi. Suasananya tenang dan asri. Karakteristik orang-orangnya hangat, ramah, dan bersahabat. Dengan jumlah karyawan yang tidak terlalu banyak semakin menambah akrab suasanan dan hubungan kerja para penghuninya.

Saat ini PLTA Tulungagung berada di bawah naungan manajemen PT Pembangkitan Jawa Bali - Unit Pembangkitan Brantas. PLTA ini didisain dengan dengan tipe turbin Francis vertikal dengan daya maksimum terpasang sebesar 2 X 18 MW. PLTA ini dioperasikan dengan menerapkan pola seasonal run of river. Energi tahunan rata-rata yang dihasilkan kurang lebih mencapai 184 GWh.

Sejak beroperasi pertama kali pada tahun 1993, PLTA Tulungagung sudah memiliki peran sebagai pendukung utama jaringan listrik 70 kV di daerah Jawa Timur bagian selatan, yang meliputi wilayah Tulungagung, Trenggalek, Ponorogo, dan Pacitan. Jika karena suatu hal sehingga terjadi gangguan yang mengakibatkan PLTA Tulungagung tidak dapat beroperasi maka dampaknya akan sangat terasa yaitu berupa penurunan tegangan pada sistem 70 kV. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya dampak-dampak lain dan salah satu diantaranya adalah terpaksa dilakukannya pemadaman listrik sehingga akan berakibat sangat merugikan bagi pihak konsumen. Dengan fungsi yang amat vital tersebut maka menjadikan manajemen operasi dan pemeliharaan unit sebagai suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan guna menjamin kehandalan operasi pembangkit. Maka hanya best practice terbaiklah dipilih dan diterapkan dalam pengelolaan aset di perusahaan ini (hahaha… nggacor mode on :D).

Potensi Wisata di Sekitar PLTA Tulungagung

Sebagai satu-satunya PLTA di kawasan Asia Tenggara yang berlokasi di tepi pantai menjadikan PLTA Tulungagung sebagai pembangkit listrik yang memiliki pesona tersendiri khususnya bagi warga Tulungagung dan sekitarnya. Tepat di sebelah selatannya terhampar luas Samudera Hindia yang terkenal dengan keganasan ombaknya sehingga seringkali menjadikan teluk sidem sebagai persinggahan sementara bagi kapal-kapal yang lewat hingga ombak ganas di tengah samudera mulai mereda. Saat malam pemandangan laut akan terlihat indah dengan adanya kerlap-kerlip seribu lampu perahu nelayan yang mencari ikan di tengah lautan. Saat siang pun udara tak kan terasa panas dengan adanya hembusan angin laut yang sejuk menyegarkan. Saat senja mulai beranjak dapat pula kita saksikan indahnya panorama laut dengan gugusan awannya yang berwarna merah merona.

(Seringkali di sela-sela istirahat siang selepas sholat/makan, saya dan beberapa teman jasa borong/koperasi memanfaatkan waktu untuk sekedar berbaring sejenak di bawah pohon rindang di sebelah selatan gedung PLTA (ruang meeting). Yah, lumayan nikmatlah untuk sekedar melepas lelah sambil bercanda dan bercengkrama. Meski hanya beralaskan selembar kertas karton bekas yang digelar di atas rerumputan, namun dengan suhu udara yang sejuk dan hembusan angin pantai yang semilir sungguh membuat nikmat suasana. Maunya sih berlama-lama, namun apalah daya, kami di sini untuk bekerja, masih banyak amanah yang harus ditunaikan..)

Kurang lebih 1,5 km ke arah timur dari PLTA ini terdapat sebuah obyek wisata yang cukup menarik yang dikenal dengan Pantai/teluk Popoh. Setiap akhir pekan pantai ini selalu ramai oleh pengunjung. Di teluk ini pada hari-hari tertentu yang dianggap sakral oleh warga sering kali diadakan upacara adat dan ritual keagamaan sebagai bagian dari tradisi leluhur masyarakat jawa kuno dan para penganut budha. Moment-moment unik seperti inilah yang menjadikan Teluk Popoh memiliki daya tarik istimewa bagi para pengunjung yang datang dan seringkali memberikan berkah tersendiri khususnya bagi warga dan masyarakat yang sekitar.

Tak kalah dari Pantai Popoh terdapat pula Pantai Prigi yang berlokasi kurang lebih 20 km dari PLTA. Dengan sajian pantai pasir putih, laut yang bening, dan pemandangan alamnya indahnya akan membuat siapa saja yang berkunjung ke pantai ini merasa betah dan ingin kembali berkunjung ke sana. Bagi Anda yang suka berpetualang mungkin tempat ini dapat Anda masukkan sebagai salah satu daftar tujuan kunjungan Anda bersama keluarga. Selamat berwisata..

PT PJB

Sejarah

Sejarah PJB bermula sejak tahun 1945, dimana didirikan Perusahaan Listrik dan Gas. Tahun 1965, perusahaan tersebut dibagi menjadi 2: Perusahaan Listrik Negara dan Perusahaan Gas Negara. Tahun 1972, status PLN menjadi Perusahaan umum (Perum). Tahun 1982, PLN dipecah lagi menjadi dua: Unit Divisi dan Unit Pembangkitan Tenaga Listrik dan Transmisi. Tahun 1994, status PLN menjadi Persero. Setahun kemudian, dilakukan restrukturisasi atas PT PLN (Persero) dengan pendirian subsider pembangkitan. Restrukturisasi ini dilakukan untuk memisahkan misi perusahaan atas sosial dan komersial.

Pada tanggal 3 Oktober 1995, PT PLN (Persero) membentuk 2 (dua) anak perusahaan untuk mengelola pembangkit listrik yang memasok energi listrik di Pulau Jawa dan Bali. Kedua anak perusahaan PLN tersebut adalah PT PLN Pembangitan Jawa Bali I (PT PLN PJB I) yang berkantor pusat di Jakarta dan PT PLN Pembangkitan Jawa Bali II (PT PLN PJB II) yang berkantor pusat di Surabaya. Pada tahun 2000, PT PLN PJB II diubah nama menjadi PT Pembangkitan Jawa-Bali atau singkatnya PT PJB. Sedangkan PT PLN Pembangitan Jawa Bali I (PT PLN PJB I) berubah nama menjadi PT Indonesia Power.



== Pembangkit Tenaga Listrik ==
PT PJB mengelola berbagai jenis pembangkit tenaga listrik dengan total kapasitas 6.519 MW yang berlokasi di 6 tempat, yaitu PLTU & PLTGU Gresik ([[Kabupaten Gresik]]) dengan kapasitas 2.218 MW, PLTU & PLTGU Muara Karang ([[Jakarta Utara]]) dengan kapasitas 1.208 MW, PLTU Paiton ([[Paiton, Probolinggo]]) dengan kapasitas 800 MW, PLTGU Muara Tawar ([[Tarumajaya, Bekasi]]) dengan kapasitas 920 MW, PLTA Cirata ([[Tegalwaru, Purwakarta]]) dengan kapasitas 1.008 MW, dan PLTA Brantas ([[Sumberpucung, Malang]]) dengan kapasitas 274 MW.